WOOD : Mengambil Celah Di Tengah Situasi

WOOD : Mengambil Celah Di Tengah Situasi

Summary :

Benarkah pandemi kemaren membuat market risk dan company risk? Benar sekali.

Hampir 90% perusahaan mengalami penurunan kinerja perusahaan dan penurunan kinerja sahamnya.

Tapi, jika kita mau menelisik lebih jauh ada perusahaan yang operasionalnya rupiah dan pendapatannya dollar yang justru malah melambung tinggi saat pandemi.

Dan saat ini dikala situasi dunia sedang tidak baik-baik saja, emiten ini masih punya target kenaikan penjualan hingga 25%.

Ya emiten tersebut adalah WOOD.

A. Sekilas Perusahaan

Nama perusahaan : PT Integra Indocabinet Tbk

Kode Emiten : WOOD

Sektor : Industri Barang Konsumsi

Subsektor : Barang Rumah Tangga

B. Bisnis Perusahaan

PT Integra Indocabinet Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur furnitur.

Salah satu produsen produk kayu terintegrasi terbesar di Indonesia, dimana kegiatan usahanya meliputi kehutanan, furniture manufaktur dan ritel & distribusi.

Produk utama perseroan seperti, kayu alam, knock-down furniture, fully-assembled furniture dan building components.

C. Berita 

PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) menyatakan, pemesanan produk furnitur perseroan telah penuh (full) hingga Oktober mendatang. Padahal, Amerika Serikat (AS) sebagai pasar utama WOOD tengah dilanda kenaikan inflasi yang cukup tinggi pada tahun ini.

“Kami masih optimistis penjualan bisa naik 25% pada tahun ini. Dalam bisnis furnitur, biasanya musim puncak akan terjadi pada semester dua. Tercermin dari order book perseroan yang sudah full hingga bulan sepuluh,” kata Direktur Integra Indocabinet Wang Sutrisno, baru-baru ini.

Pasar ekspor utama, yakni AS, akan diperdalam oleh perseroan. Begitu juga pada pasar Eropa yang masih bertumbuh dan memiliki potensi pasar yang luas. “Memang di tengah gejolak konflik Rusia dan Ukraina, ekspor produk dari Asia ke Eropa menjadi terhenti, Namun demikian, selalu ada peluang ditengah hambatan tersebut,” kata Wang.

Wang menyebutkan, Indonesia cukup unggul di pasar ekspor furnitur kayu karena ketersediaan bahan baku kayu yang masih melimpah. Karena keunggulan itu pula, Integra Indocabinet melihat pasar domestik memiliki peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perseroan, sejalan dengan kemampuan perseroan menawarkan harga jual yang lebih kompetitif dibandingkan dengan para pesaing regional lainnya.

Sumber : https://investor.id/market-and-corporate/299969/integra-indocabinet-wood-kebanjiran-pesanan-target-harga-saham-melambung

PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) berencana melakukan pembelian kembali (buyback) saham WOOD, perseroanpun menganggarkan dana sebesar Rp 100 miliar untuk buyback saham.

Rencana Pembelian Kembali Saham tersebut dilakukan karena kondisi pasar saham yang dilihat berfluktuasi secara signifikan.

Untuk melaksanakan buyback saham tersebut, perseroan  merujuk pada surat Edaran No.3/SEOJK.04/2020 tanggal 9 Maret 2020 tentang Kondisi Lain Sebagai Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan Dalam Pelaksanaan Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.2/POJK.04/2013 tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar yang Berfluktuasi Secara Signifikan.

Hal tersebut disampaikan Direktur Integra Indocabinet Wang Sutrisno melalui keterbukaan informasinya ke regulator, PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat, (25/3/2022).

Adapun jadwal pelaksanaan pembelian kembali saham Perseroan tersebut akan dilaksanakan terhitung sejak 25 Maret 2022 hingga 24 Juni 2022. Untuk pelaksanaan buyback saham ini, harga maksimal dibatasi sebesar Rp820 per saham.

“Perkiraan nilai nominal saham yang akan dibeli kembali adalah sebanyak-banyaknya Rp 100 miliar, dengan jumlah maksimum sebanyak 121,9 juta saham,” kata Wang.

Untuk pelaksanaan buyback ini, ada biaya imbalan jasa atas transaksi pembelian saham di Bursa Efek lndonesia melalui perusahaan perantara pedagang efek yaitu sektiar 0,11 persen dari nilai transaksi. Untuk pendanaan buyback ini, perseroan mengatakan memiliki modal kerja dan cadangan dana yang memadai, sehingga dapat diambil dari kas internal perseroan.

“Kami tidak akan membutuhkan pembiayaaan tambahan untuk pelaksanaan buyback ini. Jadi buyback ini, tidak berdampak signifikan kepada penurunan pendapatan kami,” kata Wang.

Sumber : https://m.liputan6.com/saham/read/5017157/integra-indocabinet-optimistis-capai-target-penjualan-pada-2022

Produsen produk kayu terintegrasi vertikal ini pun optimistis bisa mendongkrak kinerja bisnisnya pada tahun ini. Apalagi, on hand sales order WOOD dalam tiga bulan pertama 2022 mencapai Rp 2,1 triliun.

Dengan hasil tersebut, WOOD memperkirakan bisa membukukan kenaikan penjualan yang signifikan pada kuartal pertama 2022, setidaknya tumbuh sampai 50% secara year on year (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

“Pada umumnya kuartal pretama menjadi kuartal terlemah, tetapi kami mampu membukukan pertumbuhan penjualan tahunan yang kuat di kuartal pertama 2022, meskipun basisnya yang tinggi di kuartal pertama 2021,” ujar Corporate Secretary & Head of Investor Relations WOOD Wendy Chandra.

Sumber : https://investasi.kontan.co.id/news/integra-indocabinet-wood-bayar-utang-jatuh-tempo-rp-9468-miliar

D. Laporan Keuangan 

1. Aset

 

  • Kas dan setara kas mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari Rp 116.9 miliar menjadi Rp 377.6 miliar.
  • Yang menjadi catatan adalah piutang usaha yang cukup besar yaitu Rp 803 miliar. Untungnya umur piutang di bawah 30 hari.

2. Hutang

Hutang merupakan sesuatu yang bermata dua bagi perusahaan. Jika pandai memanfaatkan maka bisa digunakan sebagai sarana pertumbuhan perusahaan.

Namun jika gagal maka bersiaplah akan tercekik.

Begitu juga dengan WOOD yang memiliki hutang jangka pendek per Q1 2022 sebesar Rp 1.6 triliun dan hutang jangka panjang Rp 1.4 triliun.

Hal ini sudah saya masukkan ke bagian Catatan  di poin G.

3. Ekuitas

  • Tidak ada hal yang signifikan

4. Laba Rugi

Pendapatan WOOD mengalami kenaikan yang sangat signifikan dari Rp 912 miliar menjadi Rp 1.9 triliun atau naik sebesar 116%.

Kenaikan ini ditopang oleh ekspor building component yang naik hampir 3x lipat.

Terkait building component ini manajemen WOOD mengatakan bahwa turn overnya cepat namun marginnya tipis. Dan saat ini karena adanya inflasi di Amerika penjualan building component akan melemah.

Seiring dengan kenaikan penjualan, beban pokok penjualan juga naik dari Rp 610.9 miliar menjadi Rp 1.3 triliun atau kenaikan sebesar 115%. Artinya bisnis WOOD stabil saja alias tidak efisien tapi juga tidak boros.

Item yang mengalami kenaikan signifikan lainnya adalah beban penjualan yang naik dari Rp 70.5 miliar menjadi Rp 287.8 miliar.

Bagian kurir dan ekspor yang menjadi pengungkit kenaikan ini.

E. Rasio Perusahaan

1. EPS

Gimana dengan kinerjanya?

Terus meningkat kan? 

Perhatikan EPS tahun 2020 dimana pandemi datang. EPS 2020 bahkan masih naik dibanding tahun 2019.

Untuk EPS tahun 2022 saya menggunakan konsep TTM jadi prediksinya hanya Rp 100 saja.

Dengan EPS Rp 100 pun harga wajarnya masih di angka Rp 1160an.

2. Book Value

Bagi kami, book value merupakan salah satu elemen penting bahkan kadang lebih penting dibanding EPS karena EPS kadang naik dan turun diakibatkan pendapatan atau beban lain-lain.

Namun kalo Book value jikapun ada perubahan tidak akan terlalu signifikan.

Dan di atas adalah data book value dari Wood yang terus meningkat.

3. Kinerja Saham

Gimana lihat grafik saham dalam 1 tahun terakhir ini? Mules bikin pening kan? Heheh

Entah kenapa saham dengan kinerja sebagus WOOD ini naik turun tidak karuan. Tapi sepintas saya baca-baca memang WOOD seperti gorengan namun menyehatkan.

Tentu saja ini adalah peluang dan bahkan manajemen sampe turun tangan lho buat menstabilkan harga. Ya mereka baru saja buyback dengan anggaran Rp 49 Miliar dan masih ada dana lagi Rp 51 Miliar. Saat ini saham hasil buyback WOOD di harga rata-rata 661.

F. Analisa

Mengapa WOOD menurut kami layak sebagai hidden gems adalah momentum dan situasi yang mendukung merupakan kunci penting bagi WOOD

1. Kelangkaan kontainer

Akibat pandemi kemaren, kondisi logistik benar-benar kacau dan ternyata bisnis di sektor kayu juga terdampak.

Kondisi kelangkaan kontainer dan kemacetan pelabuhan menyebabkan terganggunya rantai pasokan, akan menjadi masalah dalam ketersediaan bahan baku dan harga bagi negara yang mengimpor sebagian besar bahan baku kayu.

Untungnya, WOOD memperoleh sumber bahan bakunya dari dalam negeri yang memiliki pasokan kayu melimpah. Alhasil, WOOD dapat menawarkan harga yang lebih kompetitif dibandingkan dengan pesaing dari negara lain.

2. Dampak trade war

Terdapat beberapa tarif yang menyebabkan produk-produk Perseroan menjadi lebih kompetitif di pasar Amerika.

Tarif-tarif tersebut adalah trade war tarif, anti-dumping dan anti-subsidy.

Tarif anti-dumping dan anti-subsidy dengan kisaran sebesar 30%-200% menyebabkan produk China tidak dapat berkembang di pasar Amerika.

Perseroan menghasilkan produk yang di hasilkan China yang di kenakan tarif tersebut. Untuk tarif-tarif tersebut akan berlaku dalam jangka waktu yang panjang. Sebagai contoh adalah case goods (ranjang dan meja makan dari kayu) dari China telah dikenakan tarif anti-dumping dan anti-subsidy sejak tahun 2008 hingga saat ini.

Ada informasi menarik lainnya yang kami kutip dari web https://www.finansialku.com/ yaitu :

Tarif anti-dumping dan anti subsidi yang nilainya lebih besar diinisiasi oleh kalangan swasta.

Siapapun presiden yang terpilih nantinya penerapan tarif tidak akan dicabut. Implementasi tarif telah membuat tingkat kompetitif China turun drastis.

Namun, United States Trade Representative (USTR) melakukan investigasi terhadap Vietnam tekait impor, perdagangan dan penggunaan kayu ilegal, serta penyelidikan atas tindakan, kebijakan, dan praktik Vietnam yang menyebabkan rendahnya nilai mata uang.(bisnis.com)

Dilansir dari bisnis.com, Wendy mengungkapkan pembeli di AS tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dengan ketergantungan yang terlalu besar terhadap suatu negara produsen seperti sebelumnya terhadap China.

3. Dampak perang Rusia

Banyak negara Eropa yang melakukan sanksi ke Rusia dan tentu saja ini menjadi berkah tersendiri bagi manajemen.

Manajemen sedang menjajaki penjualan building component ke Eropa.

4. Market yang belum mengapesiasi kinerjanya.

Sepertinya WOOD ini masih masuk ke kategori saham gorengan tetapi sehat dan menyehatkan.

Kinerja perusahaan baik bahkan growthnya sangat bagus dengan PEG Ratio hanya 0.13, membagi dividen tetapi harganya malah dibanting tidak karuan.

Jelas kondisi ini justru menjadi berkah tersendiri bagi kita para investor.

G. Catatan

Ada 3 hal yang menjadi catatan kami terkait WOOD :

1. Hutang

Di Lap Keu Q1 2022 ada beban bunga hingga Rp 54 Miliar atau kisaran 15% dari laba operasionalnya.

Selain itu ada hutang jangka pendek yang lumayan besar dengan total Rp 1.7Triliun

2. Inflasi

Walopun inflasi membuat WOOD kian cuan tetapi tidak bisa dipungkiri tetap ada pengaruhnya dan hal ini sudah diumumkan di PUBEXnya.

3. Jumlah lembar saham masyarakat yang relatif besar dan manajemen masih menambah lembar saham yang ada menggunakan skema MESOP

Jumlah lembar saham yang beredar di masyarakat termasuk banyak karena mencapai 1.7 miliar lembar.

Menurut kami ini menjadi salah satu faktor kenapa harganya relatif sideways.

H. Rasio Penting

Harga : 580 (harga penutupan tanggal 20/07/2022)

EPS : 100 (TTM)

Book Value : 603 (annualized)

Harga Wajar : 1165 (Graham Number)

PEG Ratio : 0.13

MOS : 14%

PER : 4.47X

PBV : 0.96X

GPM : 33.44%

NPM : 10.46%

ROE : 21.52%

I. Kesimpulan

Type : Growth investing dan Value Investing

Menurut kami WOOD merupakan salah satu perusahaan yang sangat istimewa dengan memperhatikan hal-hal berikut

  • Bisnis menggunakan rupiah dijual menggunakan Dollar karena bisnis intinya adalah ekspor
  • Perusahaan tumbuh namun tetap membagikan dividen
  • Perusahaan growth namun hutang relatif terjaga dengan DER di 81.59% walopun memang ada hutang jangka pendek yang relatif tinggi.
  • Masih undervalue dengan MOS 50% alias potensi kenaikan 100%
  • Baru saja melakukan buyback dengan harga rata-rata Rp 661. Paham kan kenapa emiten sampai buyback? Ya karena merasa harga sekarang tidak mencerminkan valuasi yang sebenarnya.

Namun disisi lain mengingat adanya inflasi yang tinggi hingga 9.1% di Amerika membuat manajemen sudah menginformasikan bahwa kinerja akan menurun.

Melihat pesanan WOOD sudah sampai Oktober 2022 maka kemungkinan akan terasa di Q4. Tapi kita juga perlu hati-hati karena siapa tau Q2 2022 sudah terasa penurunannya sehingga wait n see sampai rilis LK juga boleh.

Andaikan Q2 2022 kinerjanya masih bagus maka beli haka tidak masalah karena MOSnya masih sangat lebar.

Eh tapi kinerja WOOD umumnya meningkat di semester 2 karena adanya black Friday, Thanksgiving, Natal dan Tahun Baru.

Sumber :

1. https://lembarsaham.com/

2. https://www.finansialku.com/

(Visited 115 times, 1 visits today)

Leave a Reply

Artikel Lainnya