ABMM Q1 2022 : Siap-Siap Dengan Non Pengendali Dan Masa Depan

ABMM Q1 2022 : Siap-Siap Dengan Non Pengendali Dan Masa Depan

A. SEKILAS PERUSAHAAN

Nama : PT ABM Investama Tbk

Kode : ABMM

IPO : 06 Desember 2011

B. BISNIS

C. ANALISA

ABMM merilis laporan keuangan Q1 2022 dengan hasil yang memuaskan dan tidak memuaskan.

Kok bisa?

Iya karena dari sisi laba sebenarnya ada peningkatan yang signifikan di periode Q1 2022 dibanding Q1 2021.

Laba tahun berjalan ABMM meningkat signifikan yaitu dari USD 29.4 juta menjadi USD 52.7 Juta atau mengalami kenaikan sebesar 79.3%

Sayangnya ada hal lain yang menjadi problem bagi para investor yaitu kenaikan laba untuk non pengendali sehingga laba bagi ABMM sendiri berkurang.

Jika melihat di bagian penjabaran laba ini maka terlihat bahwa laba milik ABMM yang sebenarnya hanyalah USD 31.7 Juta bukan USD 52.7 Juta karena yang USD 20.9 Juta milik non pengendali.

Dengan hal ini maka sebenarnya laba ABMM hanya naik sebesar 24%.

Yang menyesakkan lagi adalah kenapa laba non pengendali justru naik dari USD 3.6 Juta menjadi USD 20.9 Juta.

Alhasil harga sahamnya dibanting ARB 2x seperti gambar berikut

Atau turun kisaran 13%.

Ternyata kenaikan laba sebesar 24% belum apa-apa dibanding harus kehilangan laba ya.

Baik saya akan mencoba menceritakan terkait non pengendali di ABMM ini.

Yang pertama yang harus kita ketahui adalah terkait laba non pengendali ini di CLK no 26.

Dalam CLK no 26 disebutkan bahwa non pengendali terbesar ada di PT Reswara Minergi Hartama dengan laba sebesar USD 20.766.892

Hal lain yang disebutkan yaitu di laporan Q4 2021, PT Reswara Minergi Hartama mempunyai laba senilai USD 11.3 Juta sedangkan per Q1 2022 labanya sudah naik menjadi USD 32.1 Juta.

Hal yang menarik adalah laba PT Reswara sepanjang 2021 hanya sebesar USD 11.3 Juta, namun di Q1 2022 sudah menjadi 32.1 Juta. Tentu ini yang menjadi problem tersendiri.

Nah kita telusuri 2 hal yaitu

  1. Siapakah PT Reswara Minergi Hartama ini?
  2. Apa imbasnya untuk ABMM dan investor di masa depan?

1. Siapakah PT Reswara Minergi Hartama ini?

ABMM atau PT ABM Investama Tbk memiliki 6 anak usaha yaitu

  1. PT Cipta Kridatama (Kontraktor pertambangan)
  2. PT Reswara Minergi Hartama (Perdagangan)
  3. PT Cipta Krida Bahari (Jasa logistik)
  4. PT Sanggar Sarana Baja (Perencanaan rekayasa mesin, pengembangan, dan pembuatan perlengkapan penunjang alat-alat berat, dan alat angkut bahan)
  5. PT Anzara Janitra Nusantara (Industri pembangkit listrik energi)
  6. PT Prima Wiguna Parama (Perdagangan dan konstruksi)

Karena berdasar CLK no 26 yang memiliki porsi terbesar adalah Reswara maka kita akan fokus ke Reswara ini.

PT Reswara Minergi Hartama merupakan anak usaha ABMM dengan kepemilikan 99.99% yang didirikan tanggal 19 Oktober 2010 dengan diposisikan sebagai subholding di bidang pertambangan terintegrasi batu bara dengan 3 anak usaha yaitu

  • PT Tunas Inti Abadi (TIA) (Kepemilikan 100%)
  • PT Agata Nugraha Nastari (Kepemilikan 100%)
  • PT Media Djaya Bersama (MDB) (Kepemilikan 50%)

Tanggal 16 September 2021, para pemegang MDB menyetujui pengalihan saham sejumlah 15.500 saham yang dimiliki oleh Reswara kepada PT Inti Murni Kencana (“IMK”), kepentingan non-pengendali, dengan
harga transaksi sebesar Rp121 miliar (setara dengan AS$8.500.000) sesuai dengan Perjanjian Jual Beli Saham yang telah disepakati pada tanggal 18 Oktober 2021. Transaksi ini menyebabkan kepemilikan Reswara atas MDB turun menjadi 50%.

Untuk MDB sendiri memiliki 2 anak usaha atau cicit usaha bagi ABMM yaitu

  • PT Mifa Bersaudara (pertambangan batubara)
  • PT Bara Energi Lestari (pertambangan batubara)

Sekarang kita masuk pengaruh Reswara terhadap kinerja ABMM

Ini kinerja pendapatan ABMM per Maret 2022. Disitu terlihat bahwa pendapatan kontraktor tambang dan tambang batubara sebesar USD 241.1 Juta atau hampir 84%.

Karena tertulis kontraktor dan tambang sedangkan kontraktor sendiri dikerjakan oleh PT Cipta Kridatama, tambang masih ada PT Tunas Inti Abadi maka kita perlu tahu sumbangsih antar ketiga anak perusahaan tersebut.

Dan Reswara menyumbang USD 158.5 Juta dari total USD 241.1 atau 65%.

Artinya memang denyut nadi ABMM ditentukan dari anak usaha Reswara yaitu MDB. Padahal MDB sendiri sahamnya sudah dibagi 2 dengan persentase 50 : 50.

Kembali ke awal bahwa ABMM mempunyai 3 anak usaha yang bisnisnya tambang batubara yaitu

  • PT Tunas Inti Abadi (TIA) (Kepemilikan 100%)
  • PT Mifa Bersaudara (Kepemilikan 50%)
  • PT Bara Energi Lestari (Kepemilikan 50%)

Dan sekarang kita bisa melihat cadangan batubara milik ketiga perusahaan tersebut

  • PT Tunas Inti Abadi (TIA) (Kepemilikan 100%)

  • PT Mifa Bersaudara (Kepemilikan 50%)

  • PT Bara Energi Lestari (Kepemilikan 50%)

Yes sekilas, sisa cadangan milik TIA paling sedikit hanya tinggal 4.18 Juta ton. Sedangkan milik MIFA dan BEL justru masih sangat luas.

Jelas menjadi pertanyaan kenapa justru 2 tambang yang paling besar dan paling menghasilkan dijual?

Jawaban dari manajemen sebagai berikut

1. Tidak ada dampak material dari transaksi ini, baik dari kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan
atau kelangsungan usaha Perseroan. Dengan pengalihan saham ini, keterlibatan pemegang saham lain di MDB dapat meningkatkan sinergi, membagi risiko dan kerjasama yang lebih aktif bagi para pemegang saham untuk memajukan anak usaha MDB

Sumber : https://www.idx.co.id/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOUNCEMENTSTOCK/From_EREP/202110/e2c7627893_b328602753.pdf

2. ABMM melalui Reswara menjual saham anak usaha MDB karena anak usaha MDB yaitu MIFA dan BEL memproduksi batubara 3.400 kcal/kg sedangkan menurut manajemen pengelolaan pertambangan 3400 kcal/kg tidak mudah dan marketnya naik-turun sedangkan untuk pasar batu bara 4200 kcal/kg, pasarnya lebih jelas, mulai dari pasar domestik, Asia Selatan, India, Malaysia, Vietnam, dan China.

Sumber : https://www.idx.co.id/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOUNCEMENTSTOCK/From_EREP/202205/eeedcefe1b_e263be9840.pdf

Saat ini ABMM juga sudah mulai searching untuk akuisisi tambang baru yang nantinya akan melibatkan publik (Mungkin bisa minta tambahan dana ke investor ya..hehe)

2. Apa imbasnya untuk ABMM dan investor di masa depan?

Jelas imbas bagi ABMM adalah laba yang harus disetor ke non pengendali dan berimbas ke laba ABMM secara umum.

Dan bagi investor ritel juga harus menyiapkan diri untuk terus memantau beberapa aksi korporasi dari ABMM terkait laba, tambang baru dan cadangan tambang batubara milik TIA.

D. KESIMPULAN

1. Sementara waktu laba non pengendali jelas akan besar bahkan mungkin bisa saja relatif sama karena memang kepemilikan saham di MDB sama antara Reswara dan PT Inti Murni Kencana.

Namun begitu, melihat kinerja serta dividen tahun 2021, jelas ABMM masih bisa diharapkan lebih lanjut untuk beberapa tahun mendatang asalkan harga batubara masih bagus.

Selain itu upaya ABMM untuk menemukan tambang batubara baru serta menambah komoditas lain juga masih layak untuk dinantikan

2. Aksi korporasi ABMM terkait tambang baru dan tambang di komoditas lain perlu terus dinantikan karena MDB sudah dijual setengah dan produksi TIA (anak usaha langsung sangat sedikit serta cadangannya paling sedikit)

3. Apakah perlu menambah? Wait n see untuk sementara ini merupakan langkah paling tepat sebelum Q2 terkonfirmasi laba ke non pengendalinya semakin naik atau bisa turun

(Visited 95 times, 1 visits today)

Leave a Reply

Artikel Lainnya