Karena 2 Hal ini, JANGAN Jadikan PER dan PBV Sebagai ACUAN Memilih Saham Ya
Dalam berinvestasi TIDAK ADA analisa yang PASTI BENAR.
Semua hanya berdasarkan analisa masa lalu yang digunakan untuk memprediksi kemungkinan yang akan datang.
Seperti menganalisa kinerja perusahaan 3 tahun terakhir untuk melihat apakah masih bisa berlanjut atau tidak. Hanya begitu saja.
Nah dalam berinvestasi ini banyak yang menggunakan konsep PBV dan PER untuk menentukan suatu saham itu murah atau bukan.
Semakin kecil PBV dan PER maka akan semakin murah. Ada yang menjadi patokan umum kalo ada saham yang PBV-nya kurang dari 1 adalah murah dan kalo PERnya kurang dari 10 maka murah.
Benarkah?
Bisa iya bisa tidak, cuma saya TIDAK menggunakan konsep PBV dan PER untuk melihat harga saham murah atau mahal.
Tapi kan pak LKH pake? Memang beliau pake tapi PERCAYALAH beliau hanya ingin menyadarkan bahwa investasi itu SIMPEL.
Berarti kamu lebih sukses dari pak LKH? Perlu dijawab?…JELAS enggaklah..hihi
Itu hanya intermezzo sedikit ya…
Silahkan dibaca pelan-pelan ya alasan kenapa PBV dan PER tidak SAYA gunakan untuk mencari saham murah. Tapi kalo kalian mau menggunakan silahkan saja. Sekali lagi tidak ada analisa yang benar di bursa saham.
DAFTAR ISI
I. Memahami PBV dan PER
A. Pengertian Book Value dan Cara Menghitungnya
B. Pengertian Price to Book Value dan Cara Menghitungnya
C. Pengertian EPS dan Cara Menghitungnya
D. Pengertian PER dan Cara Menghitungnya
II. PBV & PER Bukan Acuan
A. Apakah book value per share sama dengan harga wajar?
B. Kenapa PBV dan PER tidak dijadikan acuan dalam memilih saham?
C. Bahaya PBV kecil dan PER kecil yang WAJIB diwaspadai investor PEMULA
D. Walaupun bukan jadi ACUAN, berapa PBV dan PER yang baik?
I. Memahami PBV dan PER
A. Pengertian Book Value dan Cara Menghitungnya
Kemaren dalam salah satu diskusi ada yang bertanya seperti ini “Jadi yang harus diperhatikan BVPS ya bukan PBV? Padahal sama-sama ngomongin Book Value”
Melihat pertanyaannya saya berani simpulkan bahwa beliau kurang paham perbedaan Book Value per share dan Price to Book Value.
Mengutip dari website https://rivankurniawan.com, book value/ nilai buku dalam konteks analisis fundamental saham adalah selisih antara jumlah aset perusahaan dikurangi dengan berbagai liabilitas/utangnya.
Bagaimana cara menghitungnya menggunakan Laporan Keuangan?
Dalm artikel ini saya menggunakan Laporan Keuangan saham EKAD kuartal 2 tahun 2021. Data di bawah ini bisa dicari di bagian Laporan posisi keuangan
1. Mencari total Aset
2. Mencari total Liabilitas atau hutang
3. Hasil dari total Aset dikurangi total Liabilitas = Jumlah Ekuitas
Menurut Buku Value Investing : Beat The Market in Five Minutes karya Teguh Hidayat hal 66, Ekuitas yang dimaksud bukan Ekuitas (Rp1,011,446,991,481) total tetapi hanya “Jumlah ekuitas yang dapat diatribusikan kepada Pemilik entitas induk”
Jadi penghitungan dari hasil poin no 3 masih dikurangi Kepentingan non-pengendali
Kotak merah merupakan Kepentingan non pengendali yang digunakan untuk mengurangi poin no 3.
Dan angka yang ada di dalam kotak hijau (Rp1,011,446,991,481-Rp 32,670,168,678) 978.776.822.803 merupakan book value dari saham EKAD per kuartal 2 tahun 2021.
Sekarang berapa Book Value per sharenya?
Book value per share adalah book value perusahaan dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar. Secara teori, ini adalah nilai yang akan didapatkan oleh pemilik saham bila perusahaan bangkrut dan dilikuidasi.
Rumusnya :
BVPS : Book value / jumlah lembar saham yang beredar
BVPS = 978.776.822.803/698.775.000
BVPS = 1400,70.
Trus ada tidak cara mudah melihat BVPS ini?
Ada, dengan menggunakan aplikasi RTI
1. Download aplikasi RTI disini Android IOS
2. Ketik saham EKAD
3. Klik Key Statistic dan lihat bagian Book Value per Share
Udah paham ya tentang Book Value dan Book Value per Share.
Sekarang lanjut ke pembahasan tentang PBV atau Price to Book Value.
B. Pengertian Price to Book Value dan Cara Menghitungnya
Mengutip dari website https://kolom.kontan.co.id/, Price to book value (PBV) adalah rasio valuasi untuk menilai mahal atau murahnya sebuah saham dengan membandingkan antara harga saham dengan nilai buku perusahaan.
Rumus PBV yaitu harga saham dibagi book value.
Kembali ke saham EKAD, berapa PBV-nya?
PBV = Harga saham/book value
PBV = 1390/1401
PBV = 0.99
Ada yang gampang dengan cara melihat lagi aplikasi RTI di bagian key statisctic
Dengan penjelasan di atas sudah paham ya perbedaan antara Book Value dengan Price to Book Value
Sekarang masuk ke pembahasan tentang EPS dan PER.
C. Pengertian EPS dan Cara Menghitungnya
Bagi investor istilah EPS tentu sudah tak asing lagi karena EPS juga menjadi instrumen saat kita menghitung harga wajar menggunakan rumus Graham Number.
Mengutip dari web https://finansial.bisnis.com/, Earning Per Share atau EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar saham yang beredar yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya.
Apa fungsi EPS bagi investor?
Dengan melihat EPS ini, kita akan mampu sekilas memahami bagaimana prospek suatu perusahaan.
Jika EPS-nya negatif maka mending ditinggalkan saja atau dicari ke tahun-tahun sebelumnya atau dicari melalui Laporan Keuangan. Kenapa? Karena siapa tau pas tahun yang minus itu perusahaan sedang melakukan sesuatu.
Jika memang EPS-nya positif maka bisa digunakan parameter lanjutan untuk melihat harga wajar suatu saham.
Cara menghitung earning per share suatu saham sangat mudah yaitu :
EPS : Laba bersih/ jumlah lembar saham yang beredar
Catatan : Laba bersih yang dimaksud di sini adalah “Laba Periode Berjalan yang Dapat Diatribusikan Kepada: Pemilik entitas induk atau pemegang saham.”
Kalian bisa melihatnya di Laporan Keuangan bagian Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
Angka 77,02954995098565 berasal dari Laba (rugi) yang dapat diatribusikan ke entitas induk yang dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar (53,826,323,767/698.775.000)
Kalian juga bisa melihat EPS ini dengan mudah menggunakan aplikasi RTI.
EPS dari EKAD di kuartal 1+2 Tahun 2021 adalah 77.
Lho kok itu ada angka 154 dari mana? Angka Rp 154 itu annualized atau perkiraan dalam 1 tahun. Cara menghitungnya dengan menambahkan EPS 2 kuartal (Q1 dan Q2) dengan perkiraan EPS 2 kuartal berikutnya (Q3 dan Q4) dengan jumlah yang sama.
Disitu tertulis 154 didapat dari angka 77 + 77. Paham kan
Nah sekarang baru masuk ke pembahasan tentang PER
D. Pengertian PER dan Cara Menghitungnya
Apa itu PER atau Price to Earning Ratio?
Price to Earning Ratio disingkat dengan PER merupakan rasio yang menggambarkan harga saham sebuah perusahaan dibandingkan dengan keuntungan atau laba yang dihasilkan perusahaan tersebut (EPS).
Yang perlu diketahui adalah untuk penghitungan PER menggunakan EPS annualized atau yang disetahunkan. Sebenarnya ada juga yang menggunakan EPS per kuartal tapi kurang familier.
PER = harga saham/EPS
PER = 1390/ 154
PER = 9
Kalian juga bisa langsung melihat PER ini di aplikasi RTI
II. PBV & PER Bukan Acuan
Nah sekarang ke inti pembahasan dari artikel ini yaitu
A. Apakah book value per share sama dengan harga wajar?
B. Kenapa saya tidak menggunakan PBV dan PER sebagai acuan dalam memilih saham?
C. Bahaya PBV kecil dan PER kecil yang WAJIB diwaspadai investor PEMULA
D. Walaupun bukan jadi ACUAN, berapa PBV dan PER yang baik?
A. Apakah book value per share sama dengan harga wajar?
Menurut saya tidak. Book Value itu mencerminkan kondisi perusahaan tanpa ada unsur keuntungan yang dicapai.
Contoh begini
Ada tanah di pojokan jalan besar dijual Rp 1milyar (yang terdiri dari bangunan rumah dan furnitur beserta beserta pembayaran lain semisal sampah, keamanan, listrik dll). Rp 1milyar itu disebut book value.
Berapa harga wajar rumah tersebut?
Karena rumah tersebut ada di pojokan jalan yang ternyata bisa dipasang papan reklame yang sewa per tahunnya selama ini Rp 100juta, dan ada lahan sisa yang bisa dimanfaatkan untuk jualan yang sewanya Rp 20juta setahun maka bisa dihargai Rp 1,2m.
Kira-kira begitulah perbedaan book value dengan harga wajar menurut saya.
Kalo menurut kalian book value = harga wajar ya tidak apa-apa.
B. Kenapa PBV dan PER tidak dijadikan acuan dalam memilih saham?
Dalam membeli saham memang harus ada parameter yang digunakan sebagai titik kita akan membeli saham.
Dan saya menggunakan harga wajar sebagai titiknya karena harga wajar ini sifatnya fixed minimal selama per kuartal.
Berbeda dengan PBV atau PER. Dalam PBV atau PER ada kata price yang kalian tau sendiri akan berubah setiap menit.
Contohnya seperti ini
Pada tanggal 10 Juni 2021 kalian menganalisa saham EKAD di harga Rp 1440. Dengan menggunakan BVPS Rp 1401 dan EPS 154 maka PBVnya 1,02 dan PERnya 9,35.
Karena ada berbagai hal kalian lupa dan tidak jadi membeli sahamnya.
Kalian baru inget tanggal 17 Juni 2021 alias 1 minggu setelahnya.
Setelah dicek ternyata harga EKAD menjadi Rp 1750 dan PBV-nya menjadi 1,2 dan PERnya 11,36.
Padahal jika kalian tau kondisi perusahaan sama saja dan kinerjanya juga stabil, tetapi karena menggunakan indikator PBV dan PER saham EKAD ini jadi terlihat berbeda.
Konsep price ini sama dengan rumah yang berharga 1miliar di atas.
Suatu hari Pak RT bilang kalo di dekat rumah itu akan dibangun rumah sakit terbesar di kota itu. Alhasil harga rumah yang tadinya Rp 1milyar berubah menjadi Rp 1,5milyar dalam waktu 1 minggu.
Tetapi 2 minggu berikutnya pak RT datang lagi dan memberitahukan sebaliknya bahwa bukan rumah sakit yang akan dibangun tetapi justru akan ada isu pelebaran jalan dan setiap rumah harus mengiklaskan tanahnya diambil 1m.
Alhasil isu itu membuat harga rumah menjadi turun bukan ke Rp 1m tetapi ke Rp 850juta karena rumah tersebut berpotensi kehilangan sewa papan reklame 100juta dan sewa toko 20juta per tahun.
Padahal sekali lagi rumah itu tetaplah rumah dengan bangunan dan furnitur serta mempunyai sewa papan reklamre 100juta dan sewa toko 20juta.
Paham ya…
C. Bahaya PBV kecil dan PER kecil yang WAJIB diwaspadai investor PEMULA
Nah ini juga biasanya menjadi bumerang bagi pemula bahwa makin kecil PBV dan PER maka makin murah.
Memang pernyataan itu tidak salah tetapi menjadi bumerang karena ternyata ada beberapa saham yang PBV dan PERnya bahkan minus.
Nah lho gimana kalo begitu..
Btw kenapa kok PBV bisa sampai minus? Karena aset yang ada tidak cukup jika dikurangkan dengan hutangnya.
Kesimpulannya adalah 2 hal yang menjadikan saya tidak menggunakan PBV dan PER sebagai acuan membeli saham adalah
- Poin B : karena ada kata price
- Poin C : karena PBV kecil atau minus justru malah perusahaan yang buruk
D. Walaupun bukan jadi ACUAN, berapa PBV dan PER yang baik?
Mungkin akan ada banyak yang bertanya tentang PBV dan PER terbaik. Tapi tidak apa-apa akan saya jelaskan 2 versi ya.
Yang pertama sesuai dengan rumus Graham Number yang menghitung harga wajar menggunakan rumus ini
Harga Wajar = √22.5 x EPS x BVPS
Apa arti akar 22.5?
Berikut penjelasannya
Konstanta 22.5 merupakan nilai tetap yang merupakan sebuah asumsi yang berdasarkan pengalaman puluhan tahun Ben Graham di pasar modal bahwa PER sebuah saham yang baik tidak boleh melebihi dari 15, dan PBV sebuah saham yang baik tidak boleh melebihi 1.5, dan konstanta 22.5 ini didapat dari 15 x 1.5.
Jadi kalian bisa memilih saham yang PBV maksimal 1.5 dan PER 15.
Versi yang kedua yang saya dapat dari Pak Teguh Hidayat di bukunya Value Investing : Beat The Market in Five Minutes.
Beliau mengatakan bahwa ROE 10% maka PBVnya 1, dan jika ROEnya 20% maka PBVnya bisa 2.
Paham kan?
Terus kalo bukan PBV dan PER yang jadi acuan dalam memilih saham berfundamental bagus, acuannya apa donk? Jangan ngadi-ngadi nih penulisnya
Tenang-tenang, saya tetap akan memberikan solusinya.
Monggo 5 Jurus Sederhana Cara Mencari Saham Potensi Bagger. Teman-teman bisa dengan gampang dan detail mencontek cara menemukan saham yang potensi bagger. GRATIS…GRATIS..
Sumber :
1. https://rivankurniawan.com/
2. https://kolom.kontan.co.id/
3. https://finansial.bisnis.com/
6. https://www.lihin.net/ (Featured Image)