PBSA : Masuk Sekarang Atau Menunggu Dulu? Ada Kabar Baik Lho

PBSA : Masuk Sekarang Atau Menunggu Dulu? Ada Kabar Baik Lho

Banyak yang mengatakan bahwa setelah era komoditas maka akan masuk ke era properti.

Semua berbondong-bondong mencari perusahaan properti.

Tidak salahkan? Tidak. Cuma enggak asyik aja sih kalo semua larinya ke sana..haha..

Saya memang tidak akan membahas itu. Saya hanya mencoba membuka artikel ini saja bahwa ada perusahaan konstruksi yang unik karena perusahaan ini tidak hanya sekadar membangun gedung tetapi hanya khusus gedung atau bangunan yang berhubungan dengan industri.

Namun disisi lain, harganya sudah mahal karena PBV sudah di atas 1 (Per harga 308 PBVnya 1.59)

Bagi sebagian investor memang sebaiknya PBV harus di bawah 1. Tapi bagi saya sendiri PBV lebih dari 1 tidak masalah asal kinerjanya jauh lebih tinggi.

Nama perusahaannya adalah PT Paramita Bangun Sarana Tbk atau PBSA.

Ada beberapa hal yang membuat saya tertarik untuk membahas PBSA dan memasukkan ke watchlist portofolio.

Pertama saya akan membagikan tentang beberapa rasio penting dari PBSA

Harga : 308 (harga tanggal 14/09/2022)

EPS : 47 (annualised)

Book Value : 193 (annualized)

Harga Wajar : 452 (Graham Number)

MOS : 32%

PEG Ratio : –

PER : 6.50

PBV : 1.59

GPM : 22.41%

NPM : 16.78%

ROE : 24.44%

Biasanya rasio-rasio begini di akhir artikel? Iya tapi sekarang beda karena ada beberapa hal yang dibahas dulu terkait rasio ini.

Salah satu yang unik adalah banyak investor yang langsung membuang saham ketika rasio PBVnya lebih dari 1.

Itu tidak salah, tetapi alangkah baiknya ditelusuri ulang tentang book value ini.

Apakah memang karena market sudah menghargainya dengan mahal atau memang book valuenya yang kecil.

PBSA saat ini memiliki PBV 1.59 dengan book value Rp 193 dan harga 308.

Kenapa PBV PBSA bisa besar?

Kita telusuri dulu unsur dari book value itu apa.

Book value atau equity atau ekuitas adalah aset dikurangi hutang.

Jika aset besar hutang besar maka book value kecil.

Jika aset besar hutang kecil maka book value besar.

Atau memang harganya sudah mahal?

Sekarang perhatikan total aset dari PBSA

Aset PBSA Q2 2022 sebesar Rp 885 miliar.

Aset PBSA terbesar datang dari 2 hal yaitu kas dan setara kas serta piutang.

1. Kas dan setara kas

Kita cek dulu terkait kas dari PBSA ini

Jika dicek di bagian arus kas bagian operasi memang terdapat penerimaan yang lumayan signifikan dari pelanggan.

Selain itu tidak ada tambahan kas dari hutang sehingga memang kas dan setara kas ini naik karena kinerja perusahaan murni dari toplinenya.

Artinya aman ya

2. Piutang usaha

Hal terbesar kedua yang menjadi penopang aset PBSA merupakan piutang usaha.

Piutang usaha yang besar bisa baik bisa buruk.

Baik jika gampang ditagih dan buruk jika

  • susah ditagih
  • waktu pembayarannya lama

Dan menurut catatan di LK PBSA Q2 2022, piutang usaha PBSA hanya berumur 1-30 hari.

Ada catatan menarik di LK PBSA ini yaitu pendapatan Q2 2022 ini terbanyak datang dari industri sawit.

Sekarang kita masuk ke komponen liabilitas atau hutang.

Berikut catatan hutang dari PBSA

Tidak ada hutang bank dan hutang terbesar datang dari beban akrual.

Beban Akrual (Accrued Expense), merupakan beban yang masih harus dibayarkan, tetapi pembayarannya belum dilakukan sampai periode selanjutnya.

Menurut web https://accounting.binus.ac.id/,

Beban yang masih harus dibayar adalah beban atau kewajiban yang sudah menjadi beban dilihat dari segi waktu, tetapi belum dibayar dan dicatat (weygant et al, 2012).

Contoh Biaya Yang Masih Harus Dibayar (Accrual Payable) antara lain :

  • Utang Gaji
  • Utang Listrik
  • Utang Telepon
  • Utang Air
  • Utang Pajak Penghasilan
  • Utang Bunga Bank

Kapan saatnya biaya berubah sebagai beban?

Jawabannya adalah pada saat biaya dapat dihubungkan dengan manfaat sesuai prinsip matching (dapat saling ditandingkan) antara pengorbanan dengan manfaat.

Beban yang masih harus dibayar atau accrued expenses disebut juga dengan hutang beban. Beban jenis ini terjadi jika dalam akhir periode akuntansi suatu perusahaan terdapat beban yang masih menjadi tanggungan perusahaan, dan beban tersebut belum dibayar oleh perusahaan sehingga beban tersebut dicatat sebagai hutang.

Apakah aman? Menurut saya sangat aman dan beban akrual ini ibarat penggerak dari operasional PBSA saja.

Cuma kita perlu tau mengapa beban akrual naik sangat signifikan yang membuat hutang dari PBSA ini terlihat mengalami kenaikan secara signifikan.

Sepertinya PBSA belum membayar beban pokok pendapatannya.

Karena PBSA merupakan kontraktor jadi kemungkinan besar sudah meminjam hal-hal yang masuk ke beban pendapatan tetapi belum dibayar.

Di Q1 2022 malah langsung tertulis subkontraktor.

Bagian terakhir dari pembentuk book value tentu saja modal itu sendiri dan di LK Q2 2022 modal PBSA sebesar Rp 581,587,539,274

Kesimpulannya memang PBSA memang dihargai sedikit premium. Saran saya sih tunggu aja sampe harganya sesuai.

Tapi ada 2 hal yang menarik terkait PBSA ini

1. PBSA pernah dihargai kisaran 1800 atau sekitar 900 di harga sekarang (PBSA Juni 2022 melakukan stock split 1:2)

Dan harga sekarang Rp 308 artinya sudah murah…Eh murah atau memang downtren ya…hehe

2. PBSA merupakan salah satu emiten yang cukup royal membagikan dividen.

Dan karena dividen ini menunggu PBSA sampe harga book value menurut saya agak sulit.

Menunggu di harga Rp 300 sepertinya pilihan paling mungkin atau harga 308 tapi semacam nitip sendal saja.

Di awal artikel saya menyampaikan bahwa PBV lebih dari 1 tidak masalah asal kinerjanya melebihi itu.

Dan nyatanya jika melihat kinerja EPS dari PBSA akan terlihat bahwa kinerjanya relatif naik.

Hal berikutnya adalah adanya tren kenaikan GPM dan NPM sejak tahun 2019.

Menarik kan?

Grafik tahun 2022 masih setengah dari 2021 karena baru 1 semester.

Pertanyaannya apakah kinerja tahun 2022 ini bisa menyamai tahun 2021 atau justru bisa lebih tinggi?

Melihat optimisme manajemen harusnya sih bisa

PT Paramita Bangun Sarana Tbk (PBS) menargetkan dapat meraih kontrak lebih dari Rp 1 triliun di tahun ini. Hingga kuartal I 2022, perseroan telah memperoleh kontrak baru Rp 582 miliar.

“Sampai kuartal I 2022, total Rp 582 miliar kontrak yang didapatkan. Jika ditambah dengan sisa kontrak tahun lalu maka dapat mencapai lebih dari Rp 1 triliun, di mana proyeknya sedang dalam pengerjaan,” ungkap Direktur dan Corporate Secretary PBS, Vincentius Susanto kepada Kontan, Jumat (27/5).

“Pengerjaan proyek pasti melewati 2022, carry forward ke 2023. Jadi kalau di anualisasi, revenue tahun 2022 ini dipastikan minimal Rp 600 miliar,” tambah Vincentius.

Sumber : https://industri.kontan.co.id/news/paramita-bangun-sarana-pbs-targetkan-nilai-kontrak-di-atas-rp-1-triliun-tahun-ini

Sedikit catatan terkait sektor konstruksi adalah pendapatannya tidak akan cantik naik pelan-pelan layaknya consumer atau bank.

Tetapi akan naik turun secara drastis ya.

Di tahun 2021 pendapatan PBSA hanya Rp 279 miliar saja lho.

Bahkan jauh lebih sedikit dibanding pendapatan tahun 2020 sebesar Rp 552 miliar.

Namun yang penting adalah bottom linenya atau laba tahun berjalan di tahun 2021 naik hampir 100%.

Gimana dengan kinerja Q2 2022?

Huehehehe…Baru 1 semester sudah dapat laba tahun berjalan Rp 71 miliar. Kayaknya sih dividen untuk tahun buku 2022 akan gede…Tunggu ya bulan Juni 2023.

Hanya hitunga-hitungan saja ya..Tahun 2022 kemaren dividen yang dibagikan Rp 23 dengan dividen payout ratio 83%.

Jika menggunakan eps annualised tahun 2022 sebesar 47 dengan DPR 83% juga maka perkiraan dividen tahun 2023 sebesar Rp 39 atau jika dengan harga saat ini Rp 308 maka div yieldnya sebesar 12%.

Hal terakhir adalah PBSA ini dimiliki oleh PT Ascend Bangun Persada sebesar 46.1%. PT Ascend ini juga menjadi salah satu pemilik dari TPMA.

Tapi memang hanya kepemilikan saja ya bukan ada konsolidasi atau menjadi anak atau induk perusahaan.

Mungkin ini sedikit ulasan terkait kinerja PBSA.

Kesimpulannya adalah PBSA layak menjadi watchlist atau bahkan bisa masuk sebagai porto dengan melihat kinerja EPS yang terus meningkat, dividen yang dibagikan dan sedang dalam masa downtren.

Sumber :

1. https://kamus.tokopedia.com/

(Visited 137 times, 1 visits today)

Leave a Reply

Artikel Lainnya