Mengenal Saham Treasury (Aksi Korporasi Emiten Yang Menguntungkan Investor)
Beberapa waktu yang lalu beberapa perusahaan melancarkan aksi korporasi dengan cara melakukan buyback saham yang beredar di masyarakat.
Umumnya aksi ini ditanggapi dengan positif karena ada kemungkinan harga sahamnya akan terkerek naik dan saham yang beredar di masyarakat menjadi berkurang dan berpotensi memberikan dampak positif untuk beberapa rasio perusahaan.
Namun apa sih saham treasury ini?
Di bawah ini merupakan rangkuman lengkap tentang saham treasury. Sumber berada di akhir artikel.
Saham treasuri atau treasury stock adalah saham yang dibeli kembali (buyback) oleh perusahaan dari tangan investor, salah satu cara ini dilakukan oleh perusahaan ketika kondisi pasar berfluktuasi secara signifikan.
Arti lain dari treasury shares yaitu “saham yang diperoleh kembali”. Kalau perusahaan ingin membeli kembali sahamnya, ada aturan yang harus diikuti emiten yang tertuang dalam “Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Buyback Saham Emiten atau Perusahaan Publik”.
Saham treasuri bisa bersifat sementara waktu atau selamanya. Namun, pada umumnya, saham ini bersifat sementara. Saham treasuri ini sebenarnya tidak dipegang selamanya oleh perusahaan. Dengan kata lain, perusahaan suatu saat akan melepas kembali saham treasuri tersebut kepada publik.
Jadi, saat saham treasuri itu dilepas kepada publik, perusahaan akan mendapatkan kas tambahan dari hasil penjualan saham treasuri. Bagi perusahaan, penjualan itu akan meningkatkan kas yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan.
Emiten menjadi layaknya seperti investor yang dengan uang kasnya membeli saham yang ada di pasar saat harga rendah dan bisa saja menjualnya di harga yang lebih mahal.
Contoh buyback yang terbaru dari MTEL (PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk)
MTEL akan membeli kembali saham perusahaan sebanyak-banyaknya Rp 1 triliun. Periode pembelian kembali akan berlangsung pada 2 Juni hingga 2 September 2022.
Berdasarkan data perusahaan, harga saham MTEL turun sejak tanggal 10 Mei 2022 di Rp 765 dan turun drastis pada tanggal 17 Mei 2022 di Rp 685, dan berlanjut hingga tanggal 18 Mei 2022 di Rp 665.
“Penurunan harga saham tersebut tidak mencerminkan kinerja positif perseroan, sehingga perseroan bermaksud untuk menunjukkan komitmennya dalam rangka meningkatkan nilai pemegang saham melalui pembelian kembali saham perseroan,” ungkap Direktur Investasi dan Sekretaris Perusahaan MTEL, Hendra Purnama dalam keterbukaan informasi, Kamis (2/6).
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, MTEL merencanakan untuk melakukan pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan dan tercatat di BEI dengan jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 20% dari modal disetor dalam perseroan.
Contoh ITMG yang buyback
Berdasarkan laporan keuangan ITMG per 30 September 2021, Indo Tambangraya membeli kembali 33,67 juta saham selama tahun 2016. Pembelian kembali ini dilakukan untuk mengurangi dampak volatilitas harga karena kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan.
Indo Tambang mengeluarkan dana Rp 255,79 miliar untuk buyback saham tersebut. Artinya, Indo Tambangraya membeli saham ITMG di harga rata-rata Rp 7.665,42 per saham.
Jika ITMG menjual saham tresuri dengan harga rata-rata 90 hari perdagangan, maka emiten ini akan meraup keuntungan lebih dari 177 persen dari harga buyback. Dengan harga Rp 21.254 per saham, ITMG akan meraup dana segar Rp 709,23 miliar dari penjualan saham.
Dan apa saja dampaknya bagi kita sebagai investor ritel?
Jelas buyback saham ini memberi keuntungan bagi investor ritel :
Menaikkan Harga Saham, alasan pertama perusahaan menguasai sahamnya kembali adalah untuk menaikan harga saham tersebut agar tidak anjlok terlalu dalam akibat kondisi pasar yang buruk.
Otomatis kalo harga sahamnya naik yang senang ya investor ritel juga.
Kenapa bisa naik? Karena
- Ada pembeli dengan jumlah lot besar
- Ada harga atas yang ditetapkan seperti kasus MTEL di atas
Persepsi Investor Jadi Lebih Baik, ketika sebuah perusahaan membeli kembali (buyback) saham, ini merupakan sinyal untuk investor bahwa perusahaan tersebut terdapat kelebihan kas. Sebuah perusahaan yang memiliki kelebihan uang tunai ini jelas baik secara finansial.
Investor ritel juga semakin yakin bahwa kinerja emiten memang bagus, hanya harga sahamnya saja yang turun karena mekanisme pasar.
Untuk Meningkatkan Rasio Keuangan, Jika ada motif kuat untuk pembelian kembali saham, Hal ini bisa mempengaruhi peningkatan rasio return on assets (ROA) dan rasio return on equity (ROE) menjadi positif. Hal ini kemudian menggambarkan kinerja perusahaan yang positif.
Selain itu dengan adanya treasury stock dividen yang dibagikan ke investor ritel makin besar.
Perlu diperhatikan bahwa treasury stock tidak berhak atas pembagian dividen. Karena itu jika suatu perusahaan yang memiliki treasury stock membagikan cash dividend. Maka maka dividen per saham akan menjadi lebih besar.
Misalkan suatu perusahaan yang modal disetornya terdiri dari 100.000 lembar saham dan treasury stocknya 20.000 lembar saham, membagikan cash dividend sebesar Rp. 20.000.000,- karena ada treasury stock, maka dividen per sahamnya adalah :
Rp. 20.000.000/ 80.000 (dari 100.000 – 20.000) = Rp.250,-
Jika treasury stock tidak ada, maka dividen per saham adalah :
Rp.20.000.000/ 100.000 = Rp.200,-
Untuk uang pembelian saham treasury stock maupun uang penjualan saham treasury stock tidak masuk ke laporan laba rugi namun masuk ke laporan arus kas yang berimbas ke neraca (kas bertambah atau berkurang, saham treasury bertambah atau berkurang)
Gimana sudah paham kan?
Nah kali ini saya akan mencontohkan posisi saham treasury menggunakan emiten ITMG
Perhatikan CLK no 20
Terjadi proses penjualan selama periode Q1 2022 dari awalnya 33.369.100 menjadi hanya tersisa 2.343.600.
Darimana angka 59.904 ini?
Dan ada info tambahan bahwa saham treasury ITMG seharusnya di Q2 2022 sudah habis karena sudah terjual di periode April 2022.
Sumber :
1. https://www.investasiku.id/
2. https://stocksetup.kontan.co.id/
4. https://www.idxchannel.com/