ISSP : Laporan Keuangan Q4 Tahun 2021

ISSP : Laporan Keuangan Q4 Tahun 2021

A. BERITA

Corporate Secretary & Investor Relations ISSP, Johannes W. Edward mengatakan, volume penjualan ISSP naik kurang dari 5% di tahun 2021. Pertumbuhan volume penjualan itu dibarengi dengan kenaikan harga jual rata-rata yang lebih tinggi dan secara persentase memang lebih besar kenaikan harga jual dibanding kenaikan volume.

Kinerja ciamik bottom line ISSP juga tidak terlepas dari komposisi penjualan alias sales mix perusahaan. Pada tahun 2021, porsi penjualan produk-produk ISSP yang memiliki margin lebih tinggi meningkat porsi kontribusinya dalam total penjualan ISSP.

Ambil contoh produk pipa mekanik atau mechanical pipes misalnya. Menurut data internal ISSP, porsi penjualan produk pipa itu meningkat dari 12,7% di tahun 2020 menjadi 15,2% di tahun 2021 dalam komposisi penjualan ISSP.

Hal serupa juga dijumpai pada penjualan produk-produk pipa bermargin tinggi ISSP lainnya seperti black pipe yang porsi penjualannya naik dari semula 17,3% di tahun 2020 menjadi 20,6% di tahun 2021, dan juga pipa spiral (non API) yang naik dari 15,5% di tahun 2020 menjadi 18,8% di tahun 2021 dalam komposisi penjualan.

Sementara itu, penjualan produk-produk yang umumnya memiliki margin yang lebih rendah, yakni strip dan pelat baja menyusut porsinya dalam komposisi penjualan ISSP. Data internal ISSP mencatat, porsi penjualan produk tersebut turun dari semula 22,7% di tahun 2020 menjadi 12,7% di tahun 2021.

Tahun ini, ISSP berambisi kembali mencatatkan pertumbuhan kinerja secara tahunan dengan menargetkan, pertumbuhan volume penjualan, omset, dan laba bersih sekitar 20%-30% dibanding tahun 2021.

Dengan demikian, berdasarkan hitungan kasar Kontan.co.id, ISSP membidik omset Rp 6, triliun – Rp 6,99 triliun dengan laba bersih Rp 583,27 miliar – Rp 631,88 miliar di tahun 2021.

Untuk mencapai hal tersebut ISSP memiliki strategi dengan menggencarkan sales dan marketing serta menambah portofolio produk. Salah satu produk baru dari ISSP adalah pipa stainless steel berukuran 8 inch nantinya akan menyasar segmen pasar industri.

Hal ini dilakukan mengingat semakin banyak pemodal asing yang memindahkan atau membangun pabrik di indonesia.

Menurut estimasi Johannes, kebutuhan investasi untuk penambahan mesin tidak terlalu banyak, yakni kurang dari Rp 50 miliar. Pendanaannya direncanakan bakal memanfaatkan sebagian anggaran belanja modal atawa capital expenditure ISSP tahun ini yang dicanangkan sebesar Rp 50 miliar – Rp 70 miliar.

Sisa anggaran capex tersebut bakal dialokasikan untuk sejumlah hal, termasuk menyelesaikan pembangunan depo baru berkapasitas 5.000 ton di Makassar yang sudah dimulai dari tahun lalu.

Harapan ISSP, pipa stainless steel 8 inch kuartal 3 tahun 2022 sudah bisa trial.

Ketegangan perang antara Rusia dan Ukraina berakibat fluktuasi bahan baku. ISSP sudah mengantisipasi hal tersebut dengan melakukan perbaikan/pengembangan manajemen persediaan dan pembelian bahan baku sejak tahun 2018 silam.

B. SEKILAS LAPORAN KEUANGAN

PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk membukukan kinerja yang apik di tahun 2021. Dirilis awal April (1/4), ISSP mendapat penjualan sebesar Rp 5.27 triliun di tahun 2021 dibanding tahun 2020 sebesar Rp 3.77 triliun atau naik 42,46%.

Peningkatan pendapatan perseroan ini didorong oleh penjualan lokal yang meningkat dari Rp3,45 triliun di 2020, menjadi Rp4,84 triliun di 2021, atau naik 36,89 persen.

Segmen penjualan yang menyumbang pendapatan terbesar kepada perseroan adalah penjualan pipa spiral sebesar Rp861,3 miliar, diikuti oleh penjualan pipa air Rp847,3 miliar, pipa mekanis Rp806,5 miliar, dan pipa hitam Rp733 miliar.

Begitu pula dengan penjualan ekspor yang naik 126,8 persen menjadi Rp532,6 miliar, dari Rp234,8 miliar. Penjualan ekspor ini disumbang oleh penjualan pipa hitam sebesar Rp430,2 miliar, pipa air sebesar Rp52,9 miliar, dan pipa spiral sebesar Rp18,1 miliar.

Kenaikan pendapatan ini juga dibarengi dengan kenaikan beban pokok pendapatan namun kenaikan pendapatan yang sebesar 42% dibarengi dengan kenaikan beban pokok sebesar 32%.

Di  sisi lain, ISSP juga berhasil menekan beban keuangan. Tercatat, pengeluaran ISSP pada pos beban keuangan susut 15,11% dari semula Rp 205,66 miliar di tahun 2020 menjadi Rp 174,58 miliar di tahun 2021.

Nah ini adalah ciri-ciri perusahaan yang memiliki kinerja istimewa karena berhasil meningkatkan pendapatan dan mengerem beban yang ada.

Kinerja bottom line yang dicatatkan ISSP tumbuh secara lebih signifikan. Tercatat, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih ISSP meroket 176,44% menjadi Rp 486,06 miliar di tahun 2021. Sebelumnya, laba bersih ISSP berjumlah Rp 175,82 miliar di tahun 2020.

Adapun hingga 31 Desember 2021, perseroan membukukan peningkatan aset menjadi Rp7,09 triliun, dari Rp6,07 triliun di 31 Desember 2020.

Jumlah liabilitas perseroan juga meningkat menjadi Rp3,3 triliun di akhir 2021, dari Rp2,7 triliun di akhir 2020. Peningkatan jumlah liabilitas ini didorong oleh meningkatnya utang usaha menjadi Rp386,3 miliar, utang pajak Rp118,6 miliar, utang obligasi Rp101 miliar, dan utang sukuk ijarah sebesar Rp99 miliar.

Sementara itu jumlah ekuitas perseroan meningkat menjadi Rp3,78 triliun sepanjang 2021, dari Rp3,33 triliun di akhir 2020.

C. PEMBAHASAN LAPORAN KEUANGAN

Ada isu besar yang akan saya bahas disini yaitu LABA NAIK tetapi EPS TURUN ditambah CASH FLOW MINUS yang akhirnya membuat harga ISSP turun tajam bahkan 2x ARB setelah perilisan lap keu full yearnya.

Dan setelah browsing di berbagai forum ternyata penyebabnya adalah

1. karena laba Q4 tahun 2021 turun tajam dibanding dibanding EPS kuartal sebelumnya.

EPS Q4 hanya Rp 6 padahal banyak yang memprediksi EPS Q4 2021 bisa tembus paling tidak 18 seperti tahun 2020.

2. kondisi arus kas dari aktivitas operasi yang minus

Kas neto dari aktivitas operasi per tahun 2021 mengalami minus Rp 110 Milyar dibanding tahun 2020 yang surplus Rp 350 Milyar.

Kita akan membahas keduanya di bawah ini

1. EPS Q4 2021 turun jika dibanding EPS Q4 2020 walopun EPS total meningkat.

Dalam gambar di atas terlihat bahwa EPS Q4 tahun 2021 hanya Rp 6 rupiah saja dibanding EPS Q4 tahun 2020 yang sebesar Rp 18.

Bahkan kalo kita perhatikan EPS ISSP di tahun 2021 lumayan tinggi dimulai Q1 = 15, Q2 = 20, Q3 = 27.

Teman-teman pasti berharap minimal EPS Q4 tahun 2021 naik tinggi atau minimal seperti EPS q4 tahun 2020 sebesar Rp 18.

Jika EPS Q4 tahun 2021 Rp 18 maka harga wajarnya akan berubah.

Jika menggunakan EPS = 68 (EPS Q4 sebesar Rp 6) maka harga wajar Graham Number menggunakan Book Value = 527 sebesar Rp 898.

Sekarang kita coba menggunakan EPS = 80 (EPS Q4 sebesar Rp 18) maka harga wajarnya 974.

Saya mencoba menelusuri apa yang sebenarnya terjadi menggunakan data laporan keuangan Q1, Q2, Q3 dan Q4 dengan cara dipecah bukan digabungkan seperti di lap keu.

Jadi dalam laporan keuangan Q2 itu adalah gabungan lap keu  Q1 dan lap keu Q2 bukan murni lap keu Q2.

Contohnya seperti ini

 

Di atas merupakan lap keu Q1 2021 dan di bawah ini lap keu Q2 2021

Di lap keu Q2 merupakan gabungan dari Lap keu Q1 dan lap keu Q2. Namun kita tidak tau berapa hasil dari lap keu Q2.

Nah saya memecah masing-masing kuartal seperti di bawah ini sehingga kita bisa tau perjalanan emiten mendapatkan laba ruginya per kuartal

Jika menggunakna tabel yang saya buat maka akan terlihat bahwa lap keu Q2 2021 ternyata menghasilkan pendapatan lebih tinggi dibanding lap keu Q1.

Kembali ke masalah yaitu kenapa EPS Q4 tahun 2021 hanya Rp 6 dan sangat jauh dibanding dengan EPS kuartal sebelumnya seperti dalam gambar berikut

Dan jika menyimak tabel yang saya buat di atas maka akan terlihat bahwa

  • beban penjualan dan distribusi
  • beban umum dan administrasi

meningkat sangat pesat dibanding kuartal sebelum-sebelumnya.

Saya kemudian melihat di lap keu q3 dan lap keu Q4 terkait beban-beban ini dan hasilnya memang melonjak sangat signifikan.

Sudah bisa terbaca kan selisihnya?

2 beban inilah yang menyebabkan EPS Q4 merosot tajam.

Problem berikutnya adalah terkait dengan cash flow dari aktivitas operasi yang minus.

Dari tabel di atas sudah terlihat bahwa pembayaran kas kepada pemasok bahkan jauh melebihi penerimaan kas.

Langkah berikutnya tentu kita akan menelusuri terkait persediaan dan gaji.

Benar saja, ada peningkatan persediaan sebesar Rp 1.14 triliun atau 54%.

Dari sisi gaji juga ada peningkatan yang signifikan dengan rincian Q3 sebesar Rp 35,4 Milyar dan di q4 menjadi Rp 56,5 Milyar.

 

D. RASIO PERUSAHAAN

1. EPS

Logikanya jika hanya dengan melihat EPS maka investor awam pun akan tertarik karena EPS ISSP dari tahun 2018 hingga 2021 terus mengalami peningkatan.

2. Book Value

Setali tiga uang dengan EPSnya, Book value per share dari ISSP juga sangat baik dengan tren kenaikan setiap tahun.

3. Arus Cash Flow

  • Aktivitas Operasi

Dari sisi aktivitas operasi sudah terlihat bahwa pembayaran kas kepada pemasok menjadi beban yang signifikan yang membuat arus kasnya menjadi minus.

Apakah berbahaya? Jelas tidak.

Konsep arus kas itu seperti kita kehabisan uang di tanggal 30 tetapi tanggal 1 kita sudah mendapat gaji.

Untuk arus kas dari aktivitas investasi dan pendanaan tidak saya bahas karena tidak ada efek yang signifikan.

E. KESIMPULAN

Harga : 372 (harga penutupan tanggal 08/04/2022)

EPS : 68 (annualized)

Book Value : 527 (annualized)

Harga Wajar : 898 (Graham Number)

MOS : 59%

PER : 5.50

PBV : 0.71

GPM : 20.82%

NPM : 9.04%

ROE : 12.83%

2. Analisa InveStory ID

Jika menggunakan EPS 68 dan Book Value 527 maka harga wajar saham ISSP menurut Graham Number sebesar 898 berbanding dengan harga sekarang 372.

Artinya ISSP masih sangat undervalue, bahkan masih menawarkan MOS lebih dari 50% atau tepatnya 59%.

Kesimpulan menggunakan harga Rp 372 berdasar Laporan Keuangan Full Tahun 2021 adalah ISSP cocok dijadikan saham value stock karena harganya masih dibawah harga wajar dan growth stock.

Kenapa growth stock? Karena jika melihat EPS mulai tahun 2018 hingga 2021 ini, ISSP terus mengalami tren kenaikan kecuali di tahun 2020 yaitu tahun pandemi.

Jika kita menggunakan rasio PEG dan dengan pendekatan AAGR maka rasio PEG dari ISSP adalah 0.04 atau sangat-sangat undervalue karena fair value menggunakan PEG = 1.

Dan ingat target tahun 2022 ini adalah pertumbuhan sebesar 20 hingga 30%

3. Harga Beli & Harga Jual

Harga Wajar : 898 (Graham Number)

Target Profit :

Isikan :

  • target harga = harga wajar saham
  • harga sekarang = harga saham milik kita

Kita bisa menentukan target profit yang diinginkan dengan cara memasukkan harga pembelian kita dan harga wajar saham tersebut.

Semisal kita ingin mendapatkan target profit 140% di saham ISSP ini maka harga maksimal yang masih bisa kita beli adalah Rp 374.

Saham yang kita beli bisa naik dan turun dan sebagai antisipasinya kita bisa melakukan average down jika memang kinerjanya masih stabil.

Adapun average down yang baik saat harganya turun 15% agar kita tidak kehabisan modal.

Masukkan harga milik kita dan masukkan berapa persentase penurunannya maka kita akan mengetahui di harga berapa sebaiknya kita melakukan avg down.

Bagaimana dengan titik jualnya?

Kita bisa menggunakan 2 metode yaitu ketika sudah sampai di harga wajarnya dan sudah mendapat keuntungan tertentu.

Saya menyertakan kalkulator agar teman-teman bisa menentukan kapan waktu yang tepat untuk menjual sahamnya.

Itulah analisa tentang ISSP berdasar Lap Keuangan Kuartal 4 Tahun 2021

Sumber :

1. https://investory.id/

(Visited 44 times, 1 visits today)

Leave a Reply

Artikel Lainnya