DOID Q2 2022 : Kenapa Tidak Ikut Terbang?
Tidak bisa dipungkiri bahwa pesona batubara tetaplah akan mempesona untuk beberapa saat ke depan dan imbasnya ke semua emiten yang berhubungan dengan batubara tersebut.
Ada emiten yang memiliki tambang, emiten jasa tambang, hingga emiten pengangkutnya.
Semua kinerja perusahaannya cerah cemerlang.
Namun ada sisi lain yaitu terkait kinerja sahamnya. Sebagian besar ikut terbang ke angkasa, namun ada sebagian lainnya yang tetap anteng walopun kinerja perusahaannya cemerlang.
Ada apa? Ada yang mengganjal?
Emiten tersebut adalah PT Delta Dunia Makmur Tbk.
DOID telah merilis laporan keuangan untuk periode Q2 2022 dengan hasil yang memuaskan seperti terangkum di bawah ini
- Pendapatan naik dari USD 348,9 Juta menjadi USD 722,8 Juta
- Laba Kotor naik dari USD 32,7 Juta menjadi USD 87 Juta
- Laba Bersih naik dari minus USD 32.7 Juta menjadi USD 5.6 Juta
- EPS naik dari minus USD 0.00377 menjadi USD 0.00067
Kinerja perusahaan begitu cemerlang tetapi bagaimana dengan kinerja sahamnya?
Sebenarnya cukup lumayan karena dalam 1 tahun terakhir ini sudah naik kisaran 26.45%.
Tapi jika kembali diperhatikan bahwa ada 2 masalah yang tentunya menjadi bahan bullyan yaitu
- Kinerja saham DOID sedang dalam tren menurun jika ditarik dari bulan April 2022 karena sempat menyentuh harga Rp 635
- Emiten terkait batubara lainnya terbang tinggi seperti UNTR yang naik 65.22% dalm jangka waktu 1 tahun terakhir. PTRO 53.9%. Hanya MYOH yang kinerja dalam 1 tahun terakhir lebih buruk dibanding DOID karena hanya mencetak cuan 11.6%.
Sekarang ini, kami mencoba mengulik beberapa hal terkait DOID yang mungkin bisa dijadikan patokan bagi teman-teman yang ingin buy, sell atau hold saham DOID.
1. LK Q2 2022 mentereng
Sudah disinggung di awal bahwa kinerja DOID untuk periode Q2 2022 lumayan ciamik dan tidak ada pos yang aneh layaknya beban atau pendapatan lain-lain yang besar. Semua kenaikan murni karena naiknya revenue.
Namun memang ada 1 hal yang membuat kita ada keraguan saat ingin berinvestasi di DOID ini yaitu hutang dan dividen yang akan saya jabarkan di bawah ini.
2. Hutang
Hutang merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan modal secara cepat. Apabila bisa menggunakan hutang tersebut dengan baik maka kinerja perusahaan justru akan meningkat.
Sebaliknya jika manajemen tidak cakap dalam memanfaatkan hutangnya maka justru akan berbalik mencekik pelan-pelan.
Di RTI rasio DER dari DOID mencapai 522.87%, padahal “katanya” rasio DER yang aman maksimal 100% dengan pengecualian di sektor finance.
Waduh…Terus gimana nich?
Yuk di bedah pelan-pelan.
Di periode Q2 2022, DOID memiliki total hutang USD 1.3 miliar dengan rincian hutang jangka pendek USD 413.9 Juta dan hutang jangka panjang USD 935.9 Juta.
Untuk total aset sebesar USD 1.5 miliar.
Sebenarnya relatif mepet juga namun yang perlu kita ketahui adalah terkait hutang fokus utama di hutang jangka pendek dan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendek tersebut dengan aset yang cepat alias quick ratio.
Quick ratio akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar atau tanpa memperhitungkan persediaan karena persediaan akan membutuhkan waktu yang lama untuk diuangkan dibanding dengan aset lainnya.
Bagaimana dengan quick ratio DOID?
Silahkan bisa dilihat di bawah ini
Yes, DOID akan mudah untuk membayar hutang jangka pendeknya karena rasionya 137.15%.
Detail tentang rasio-rasio hutang bisa dibaca disini Belajar Tentang Debt to Equity, Cash Ratio, Quick Ratio Dan Current Ratio.
Sejauh ini hutang aman ya…
3. Dividen
Nah ini…
Saat saya mengecek di RTI, ternyata DOID belum pernah membagikan dividen.
Waduh…padahal kan perusahaan batubara yak…
Memang sih di bursa saham kita bisa mendapat cuan dari capital gain dan dividen tetapi kan perusahaan batubara di luar sana dividen dapat capital gain dapat…Hehehe
4. Kepemilikan masyarakat di atas 50%
Yes, jika kita menelusuri di aplikasi RTI maka akan ada informasi bahwa shareholder masyarakat di saham DOID di atas 50%.
Waduh apalagi nih..katanya kan kalo masyarakat di atas 50% berbahaya.
Tenang…Simak baik-baik ya…
– data itu adalah data untuk bulan Mei 2022 dan untuk bulan Juni sudah ada update
Cek ya
Sekarang kepemilikan dari masyarakat sudah berkurang karena adanya saham treasury.
Hal ini juga akan menjawab pertanyaan kenapa ekuitas DOID menurun di Q2 2022. Penyebabnya adalah DOID telah menambah saham treasurynya.
5. Anak usaha di Australia sudah mulai mendapat revenue
Pada tahun 2021, BUMA mendirikan sebuah entitas di Australia dengan nama BUMA Australia Pty. Ltd. (“BUMA Australia”). Pendirian entitas ini bertujuan untuk pengambilalihan bisnis Open Cut Mining East, anak usaha dari Downer EDI Ltd., sebuah perusahaan kontraktor pertambangan asal Australia.
Pada tanggal 17 Desember 2021, BUMA Australia secara efektif mengakuisisi seluruh kepemilikan atas sebuah unit bisnis bernama Open Cut Mining East dari Downer.
Poin no 5 ini bisa menjadi poin penting bagi investor DOID karena keberhasilan BUMA Australia Pty Ltd (“BUMA Australia”) dalam mendapatkan perpanjangan kontrak jasa pertambangan senilai sekitar AU$550 juta dengan BHP Billiton dan Mitsubishi Alliance pada bulan Februari 2022 lalu dan kontrak jasa pertambangan senilai AU$320 juta dengan Bowen Coking Coal pada bulan Mei 2022 lalu merupakan pencapaian penting dalam strategi ekspansi kami.
6. Valuasi
Dengan EPS TTM sebesar Rp 65 dan Book value sebesar Rp 420 maka harga wajar DOID menurut Graham Number sebesar Rp 784. Dengan harga saat ini di kisaran Rp 392 maka DOID masih memiliki MOS 50%.
Kesimpulannya terkait saham DOID menurut kami
Terbang atau tidak itu sudah urusan market. Tapi mungkin DER yang besar, tidak ada dividen dan saham masyarakat yang banyak yang menjadi ganjalan.
Kalo mau hati tenang skip ajalah ya…masih banyak kok yang potensi capital gainnya lebih besar, ada dividen bahkan dengan div yield di atas 10%, hutang mini dll.
Tapi kalo punya conviction kuat dan mau menguji adrenalin boleh gas terus apalagi harga wajarnya masih menawarkan MOS 50% alias potensi cuan 100%.