Apakah Setiap Emiten Yang DER < 1 = Bagus? Kalo DER > 1 Gimana Donk?

Apakah Setiap Emiten Yang DER < 1 = Bagus? Kalo DER > 1 Gimana Donk?

“Sebenarnya saham AYAM bagus tapi kok DERnya di atas 1 ya”

“Saham KUDA DERnya kurang dari 1 apa termasuk bagus?”

“Kok saham bank ITIK DERnya 800% ya?”

Itulah beberapa komentar teman-teman investor tentang DER suatu saham.

Memang banyak materi atau influencer yang menyatakan bahwa DER sebaiknya kurang dari 1 atau kurang dari 100%.

Pernyataan itu benar tetapi sedikit kurang komplit. Kenapa? Karena hutang tidak hanya berhubungan dengan modal atau equity tetapi juga asetnya dan kemampuan perusahaan membayar.

Kali ini saya akan mencoba menjabarkan tentang DER ini agar teman-teman menjadi plong dan tidak bingung saat menemukan saham istimewa tetapi DERnya lebih dari 1 tetapi kadangkala ada saham yang sebenarnya kurang bagus tetapi DERnya juga sedikit.

Ada 4 pembahasan terkait DER atau Debt to Equity Ratio ini yaitu :

A. Pengertian DER atau Debt to Equity Ratio

B. Cara Menghitung DER

C. Kenapa DER > 1 Bisa Disebut Aman?

D. Kenapa perusahaan finansial DERnya > 1

A. Pengertian DER atau Debt to Equity Ratio

Sebelum sampai pengertian DER, kita perlu mengetahui bahwa perusahaan mendapat modal dari 2 cara yaitu investor dan pinjam ke bank.

Uang investor ini akan masuk ke bagian equity seperti yang ada di lap keu bagian Neraca.

Lap Keu TBLA Q1 2022

Sekadar info untuk Equity nanti ada yang menghitung menggunakan Equity total yaitu Rp 6.696.835, tetapi akan ada yang menghitung hanya Equity milik perusahaan yaitu Rp 6.688.644 saja.

Efek perbedaan ekuitas karena kepentingan nonpengendali pernah menghancurkan saham ABMM.

Simak artikel selengkapnya tentang ABMM dan Kepentingan nonpengendali ini

ABMM Q1 2022 : Siap-Siap Dengan Non Pengendali Dan Masa Depan

Sedangkan bagian hutang tercatat di bagian Liabilitas.

Hutang sendiri dibagi 2 yaitu hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang.

Lap Keu TBLA Q1 2022

Nah setelah paham instrumennya kita baru akan masuk ke pembahasan DER.

Debt to Equity Ratio merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban atau hutangnya. Semakin rendah rasio DER, maka akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk dapat memenuhi semua kewajibannya.

Mudrajad Kuncoro (2016) menyampaikan bahwa rasio ini berfungsi untuk mengetahui besarnya perbandingan antara jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan jumlah dana yang berasak dari pemilik perusahaan.

DER tergolong rasio solvabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh hutang/kewajibannya dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya. DER menggunakan satuan “kali” atau bisa juga dalam satuan “persen”.

Perusahaan yang sehat secara keuangan ditunjukan dengan

rasio DER di bawah angka 1 atau di bawah 100%,

semakin rendah rasio DER maka semakin bagus.

DER yang rendah menunjukan bahwa hutang/kewajiban perusahaan lebih kecil daripada seluruh aset yang dimilikinya, sehingga dalam kondisi yang tidak diinginkan (misalnya bangkrut), perusahaan masih dapat melunasi seluruh hutang/kewajibannya menggunakan modal yang ada.

Kondisi sebaliknya, semakin tinggi DER menunjukkan komposisi jumlah hutang/kewajiban lebih besar dibandingkan dengan jumlah seluruh modal bersih yang dimilikinya, sehingga mengakibatkan beban perusahaan terhadap pihak luar besar juga.

Apa sih efeknya kalo hutangnya banyak?

Besarnya beban hutang dapat mengurangi jumlah laba bersih yang bakal diterima perusahaan, yang pada akhirnya akan mengurangi keuntungan bagi pemegang saham.

Begitu pun rasio pembayaran dividen tunai yang dibagikan (dividen payout ratio) atau DPR akan menurun, bahkan dalam kondisi tertentu misalnya beban pokok dan bunga hutang/pinjaman yang mesti dibayar lebih besar dari laba usaha yang didapatkan, hal tersebut akan mengakibatkan kerugian, sehingga perusahaan tidak dapat membagikan dividen tunai kepada para pemegang sahamnya.

DER yang ideal yaitu di bawah angka 1 atau di bawah angka 100%, namun demikian jika menemukan perusahaan dengan DER di atas angka 1 atau di atas 100%, yang artinya hutang/kewajibannya lebih besar daripada modal bersihnya, anda harus meneliti lebih lanjut penyebab DER tinggi tersebut pada laporan keuangan perusahaan (balance sheet) yang bersangkutan atau simak di poin C. Kenapa DER > 1 Bisa Disebut Aman?

B. Cara Menghitung DER

Adapun rumus DER yaitu sebagai berikut

Dengan menggunakan rumus di atas kita bisa mencoba menghitung rasio DER dari TBLA menggunakan Lap Keu Q1 2022

Saya menggunakan equity pengendali yaitu Rp 6.688.644, sedangkan untuk total hutang sesuai LK Q1 2022 TBLA sebesar Rp 15.118.817

DER TBLA Q2 2022 = 226.03%.

Teman-teman juga bisa langsung mengeceknya di aplikasi RTI di bagian paling bawah

Eh kok disitu selain ada rasio DER ada CR, Qr dan CRR?

Itu apa ya? Simak terus ya…biar tuntas pemahamannya.

C. Kenapa DER > 1 Bisa Disebut Aman?

Apakah semua perusahaan yang memiliki DER > 1 berbahaya? Jawabannya tidak.

Kenapa? Karena mekanisme perusahaan bisa melunasi hutang tidak hanya menggunakan modalnya saja tetapi juga bisa menggunakan instrumen yang lain seperti aset baik aset lancar (uang cash, persediaan, deposito dll) maupun aset tidak lancar (gedung, tanah dll).

Ada 3 rasio lain yang bisa digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam melunasi hutangnya yaitu :

  • Cash Ratio (CR)

Cash ratio adalah rasio kas adalah rasio yang bisa digunakan untuk menilai perbandingan antara total kas dan setara kas pada suatu perusahaan dengan hutang jangka pendek yang ada di dalamnya.

  • Quick Ratio (QR)

Quick ratio akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendek dengan menggunakan aset lancar tanpa memperhitungkan persediaan karena persediaan akan membutuhkan waktu yang lama untuk diuangkan dibanding dengan aset lainnya.

  • Current Ratio (CRR)

Current ratio atau rasio lancar adalah salah satu Rasio Likuiditas yang digunakan untuk menilai posisi likuiditas suatu entitas dengan menggunakan hubungan antara Aset Lancar dan Hutang Jangka Pendek

Untuk detail ketiganya bisa langsung dibaca di artikel ini Belajar Tentang Debt to Equity, Cash Ratio, Quick Ratio Dan Current Ratio

Intinya adalah belum tentu perusahaan yang memiliki DER lebih dari 1 itu buruk dan sebaliknya tidak semua perusahaan yang memiliki DER kurang dari 1 itu baik.

Contoh saham INDY.

INDY LK Q1 2022

Kalo kita hanya mengerti tentang DER maka kita langsung skip saham INDY ini. Tetapi jika ditelusuri menggunakan 3 rasio lainnya maka langsung tau bahwa INDY seharusnya aman dari sisi hutangnya.

D. Kenapa perusahaan finansial DERnya > 1

Pertanyaan lanjutan adalah kenapa Bank ITIK mempunyai DER sangat tinggi tapi kok dikatakan bagus?

Ya untuk perusahaan yang berhubungan dengan finansial seperti bank DERnya akan selalu tinggi karena konsepnya uang yang dititipkan masyarakat ke mereka dianggap modal.

E. Telusuri Kebijakan Manajemen Risiko Keuangan

Ini langkah terakhir yang bisa kita cek juga yaitu perusahaan akan selalu mempunyai kebijakan manajemen risiko keuangan yang tertulis di LK. Biasanya di bagian belakang…

Ada perusahaan yang menganggap DER aman bagi emiten tersebut adalah maksimal 2.5 atau 250% karena sudah disesuaikan dengan tipe bisnisnya.

Ada juga perusahaan yang DERnya tinggi dan hobi gali lubang tutup lubang. Ini juga kadang aman karena logikanya ketika mereka mendapat kepercayaan dari bank berarti kredibilitas emiten tersebut diakui oleh bank.

Jadi kesimpulannya adalah

Sebaiknya DER < 1 atau < 100%.

Tapi jika menemukan emiten dengan DER > 1 maka bisa ditelusuri lebih lanjut menggunakan mekanisme di atas

Sumber :

1. https://majoo.id/

2. https://id.investing.com/

(Visited 162 times, 1 visits today)

Leave a Reply

Artikel Lainnya